Meningkatkan Daya Simak

           Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

           Untuk meningkatkan daya simak tersebut banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang meningkatnya keterampilan menyimak para siswa. Kita dapat menggunakan aneka pengalaman audio untuk mempertinggi kemampuan menyimak dan aneka kegiatan peningkat daya simak lainnya. Tidak hanya dari kegiatan dan pengalaman saja untuk meningkatkan daya simak para siswa, tetapi sikap guru juga turut mempertinggi daya simak siswa.

           Seorang guru khususnya guru menyimak harus mempunyai kualifikasi yang baik atau baik sekali, tentunya dengan beberapa tuntutan yang dapat membantu kita dalam melakukan pengajaran. Guru menyimak harus dapat menyimak dengan baik dan benar. Itulah  syarat yang harus di penuhi agar menjadi seorang guru yang dapat membantu meningkatkan daya simak peserta didiknya.

1. Pengantar Meningkatkan Daya Simak
Salah satu tujuan pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa: terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis. Oleh karena itu, maka dari setiap guru bahasa diharapkan timbulnya upaya demi peningkatan keterampilan berbahasa anak didiknya. Dalam bab ini kita akan membincangkan beberapa hal yang ada kaitannya dengan peningkatan daya simak, antara lain:
a) aneka pengalaman audio pemertinggi kemampuan menyimak
b) aneka kegiatan peningkat daya simak

2. Aneka Kegiatan Peningkat Daya Simak
Para guru yang arif bijaksana yang telah berpengalaman bertahun-tahun  dimuka kelas dengan mudah dapat menemukan beraneka ragam kegiatan yang akan turut meningkatkan kegiatan menyimak (yang tajam dan mendalam) para anak didik mereka. Berikut ini kita kemukakan sejumlah saran. Beberapa dari situasi tersebut mungkin dapat dimanfaatkan dalam bentuk yang disajikan disini, sedangkan yang lain-lainnya mungkin perlu mengalami variasi-variasi sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
            Pembicaraan kita disini terbatas pada kegiatan-kegiatan peningkatan daya menyimak konversasif, apresiasif, eksplorasif, dan kosentratif saja.
A. Menyimak Konversasif
            Demi perbaikan, peningkatan, serta kemajuan bagi kegiatan menyimak konversasif maka prosedur-prosedur berikut ini dapat kita manfaatkan.
a) Menyiagakan, menyuruh anak-anak bersiap-siap bagi keperluan perbaikan serta peningkatan dengan jalan mendiskusikan tanda-tanda atau ciri-ciri kurangnya perhatian para penyimak yang telah diperhatikan oleh para siswa pembicara dari waktu ke waktu, dari masa ke masa.
b) Mengadakan norma-norma atau standar-standar bagi menyimak yang sopan santun dan untuk menjadikan seorang konversasionalis yang pandai dan lincah bercakap atau berbicara degan menarik, terlebih-lebih dalam diskusi.
c) Membuat rekaman percakapan kelas serta menerapkan norma-norma yang telah ditetapkan itu.
d) Membuat suatu daftar norma-norma bagi menyimak sopan santun yang tumbuh secara berangsur-angsur.
e) Mengevaluasi percakapan-percakapan kelas berdasarkan daftar norma menyimak sopan santun diatas.
f) Mendorong para siswa untuk mengevaluasi diri sendiri dengan mempergunakan daftar norma diatas.
g) Dan akhirnya, memberi kesempatan kepada wakil-wakil kelas untuk mengadakan evaluasi atas kegiatan menyimak berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan itu.
Agaknya perlu pila kita ingatkan bahwa menyimak kritis pun turut pula terlibat tatkala anak-anak bekerja bersama-sama untuk meningkatkan kebiasaan-kebiasaan menyimak mereka.

B.  Menyimak Apresiasif
Dalam kegiatan menyimak apresiasif ini haruslah dipertimbangkan dua aspek yang berbeda, yaitu:
         I. Keresponsifan, dan
        II. Pengolahan serta pengembangan cita rasa.
Dan perlu pula kita sadari bahwa meyimak kreatif pun terlibat pula dalam sejumlah kegiatan yang didaftarkan di sini. Membaca nyaring atau membaca bersuara sering kali merupakan latar belakang bagi menyimak responsif atau menyimak apresiasif, apabila para penyimak;
a) Membuat sketsa atau bagan suatu kartun asli seorang tokoh atau situasi yang dilukiskan dalam suatu cerita.
b) Mempantomimkan, memainkan boneka atau wayang, atau mendramatisasikan secara spontan sebagai suatu responsi terhadap suatu cerita yang baru saja disimaknya.
c) Secara individual menceritakan atau menulis suatu kesimpulan akhir yang original bagi suatu cerita yang berkualitas tinggi; dan
d) Membuat latar belakang suara/bunyi-bunyian dengan ritme instrumen-instrumen orkes pada saat guru membacakan suatu puisi atau cerita yang melukiskan berbagai jenis suara atau kecepatan gerakan; misalnya pada saat sang tokoh berjalan-jalan, berjalan cepat, tersandung, berlari dengan lompatan, berhenti sebentar dan berjalan lagi pelan-pelan, membalap, mengebut, dan meloncat menyelamatkan diri dari bahaya maut.
Begitu pula halnya dengan bercerita, memberi kesempatan kepada anak-anak untuk belajar menyimak secara apresiasif dan kreatif; misalnya pada saat mereka:
(i) Menceritakan kisah-kisah berantai yang setiap peserta harus menyambungnya mulai dari saat pembicara awal sampai berhenti.
(ii) Menyaksikan adegan pertama suatu lakon yang direncanakan dan disajikan oleh suatu panitia, lalu secara spontan menyusun adegan berikutnya.
(iii) Menyimak pada petunjuk-petunjuk dalam cerita-cerita yang telah dipersiapkan yang diceritakan oleh para anggota suatu panitia atau komite khusus, yang menimbulkan serta menyarankan cerita-cerita spontan pada pihak para penyimak; dan
(iv) Bagi para siswa lanjutan, memperhatikan serta mencatat ide-ide yang disarankan oleh puisi-puisi dan cerita-cerita yang disajikan oleh guru atau teman-teman sekelas mereka.

Dalam upaya mencoba meningkatkan serta mengembangkan cita rasa para siswa dalam santapan menyimak ini maka kegiatan-kegiatan berikut ini dapat kiranya memberi bantuan yang bermanfaat:
a) Membuat pita rekaman berbagai cerita dan puisi yang digemari oleh para siswa dan memberi kesempatan kepada para penyimak meminta suatu peyajian pribadi terhadap salah satu yang paling digemari atau yang lainnya agar didiskusikan dalam kelas mengenai kualitas-kualitas yang terkandung dalam puisi dan cerita yang menarik sepanjang masa.
b) Melukis atau menggambar pemandangan-pemandangan yang disarankan oleh pilihan terbanyak yang merupakan pujian.
c) Mengadakan suatu “pawai sukses” puisi-puisi atau cerita-cerita antar pribadi atau antar kelas yang didengar selama dua minggu tatkala anak-anak mendapat giliran membaca.
d) Membuat “pawai sukses” kelas yang bersamaan dari pertunjukan-pertunjukan radio atau televisi setempat.
e) Menyelidiki pendapat umum mengenai berbagai preferensi atau pilihan menyimak para anggota kelas bagi acara-acara serupa itu, dilanjutkan dengan suatu kegiatan diskusi mengenai kulaitas-kualitas yang menyebabkan pilihan tersebut.
f) Membuat suatu lembaran penilaian yang secara koperatif menunjukkan jenjang-jenjang untuk mengevalusi penyimakan radio dan televisi, dan akhirnya
g) Membentuk suatu komite atau panitia yang akan memberikan pengumuman kemajuan acara-acara pilihan yang disajikan pada suatu teater lokal atau pada acara radio dan televisi.

C.  Menyimak Eksplorasif
            Peningkatan serta kemajuan dalam bidang menyimak eksplorasif atau menyimak penjelajahan ini dapat timbul dari kegiatan-kegiatan yang kita terangkan berikut ini:
a)  Dalam memperluas dan mendalami makna-makna kata, para siswa dapat menyimak pada kata-kata tertentu yang telah didaftarkan di papan tulis sebelum menyimak suatu bacaan pilihan. Mereka akan memahami makna dengan memperhatikan konteks pemakaian kata-kata tersebut.
b) Setelah menyimak pada seperangkat petunjuk hanya sekali saja, para siswa akan mengadakan suatu eksperimen sederhana melaksanakan beberapa usaha dalam keahlian atau konstruksi.
c) Setelah menyimak, para siswa menuliskan petunjuk-petunjuk, misalnya bagi penyelamatan diri di pantai atau bagi pemain sepak bola.
d) Atau mereka penyimak informasi baru mengenai suatu topik yang sebagian telah pernah dipelajari.
Cara yang paling baik untuk membantu para siswa menyimak informasi ialah melihat apakah mereka menyimak dengan suatu pertanyaan atau masalah dalam hati, apakah mereka mempunyai suatu maksud eksplisit bagi kegiatan menyimak yang akan mereka lakukan itu. Sang guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan yang timbul dari diskusi kelas ataupun yang dikemukakan oleh seorang siswa secara individual yang belum memahami sepenuhnya beberapa pengalaman yang menimbulkan semangat dan kegairahan. Sang guru dapat memikirkan serta merencanakan berbagai latihan khusus, misalnya;
(i) Dia dapat membuat suatu catatan atau arsip laporan berita dan menerbitkan ujaran-ujaran yang berisi pernyataan-pernyataan yang bertentangan, yang telah usang tidak terpakai lagi, atau yang tidak masuk akal sama sekali, dan menyuruh para siswa menyimak secara khusus terhadap kontradiksi-kontradiksi dan pernyataan-pernyataan yang telah usang atau menggelikan itu.
(ii) Guru yang berbakat dapat menulis pernyataan-pernyataan yang bertentangan atau yang tidak masuk akal itu buat simakan kelas, seperti: “ Ani pergi ke kebun memetik mawar yang telah layu dan indah warnanya buat ditaruh di dalam pot bunga yang telah pecah di kamar tamu”.
(iii) Para siswa dapat menyimak laporan-laporan (yang disajikan secara pribadi ataupun yang direkam oleh kelas sebelumya) atau suatu penjelasan untuk mempelajari fakta-fakta yang memperbaiki ide-ide yang keliru terdahulu.
(iv) Seluruh kelas dapat menonton serta menyimak suatu film bicara dengan tujuan utama memikirkan masalah-masalah yang dapat membimbing diskusi kelompok.

Suatu bentuk menyimak yang relatif lebih maju bagi informasi adalah penentuan ide pokok dalam suatu pilihan yang baru saja didengar. Agar memiliki bahan-bahan yang tersedia bagi pembuatan latihan-latihan, maka hendaknya guru membuat kliping-kliping pidato, kuliah, laporan, pemberian atau deskripsi yang pantas serta sesuai untuk itu; atau dia dapat membuat suatu arsip rekaman-rekaman pita yang dapat dipergunakan setiap tahun. Sebelum para siswa berusaha menemukan ide-ide pokok melalui menyimak, hendaknya mereka telah mempunyai pengalaman sungguh-sungguh dalam menemukan ide pokok dalam sejumlah bahan bacaan pilihan. Kegiatan-kegiatan menyimak pertama hendaknya dipusatkan pada paragraf-paragraf tunggal dalam latihan-latihan yang menuntut para siswa:
a) Memilih topik pusat yang sebenarnya dari suatu daftar pilihan berganda topik-topik yang berhubungan dengan paragraf tersebut yang hanya salah satu di antaranya yang merupakan ide pokok sebenarnya dari paragraf itu; atau
b) Dengan cara yang sama memilih kalimat topik paragraf tersebut. Topik-topik atau pernyataan-pernyataan pilihan berganda itu hendaknya ditulis di papan tulis atau pada kertas sehingga para siswa mempunyai waktu untuk memikirkan serta mempertimbangkannya secara evaluatif. Latihan yang lebih lanjut lagi dalam menemukan serta menentukan ide-ide pokok didasarkan pada pilihan-pilihan yang terdiri atas tiga atau empat bagian. Dalam latihan ini para siswa dituntut untuk:
c) Menuliskan, dalam urutan yang wajar, suatu topik yang memainkan peranan penting atau yang dapat mewakili ide topik dalam pilihan itu; atau
d) Menulis suatu pernyataan bagi masing-masing. Kelas tujuh dan kelas delapan hendaknya sanggup menggarap latihan yang lebih sulit lagi tetapi yang bermanfaat bila mereka menemukan tema keseluruhan pilihan itu. Di sini pun butir-butir pilihan berganda hendaknya tersedia bagi para siswa untuk;
e) Memilih topik-topik inti; atau
f)  Memilih kalimat yang baik mengekspresikan tema tersebut. Para siswa yang lebih pintar akhirnya hendaknya sanggup dan mampu untuk;
g) Menuliskan tema tersebut secara bebas. Dan akhirnya setelah memperoleh banyak pelajaran dalam menemukan ide-ide pokok, maka para siswa mampu;
h) Menulis rangkuman-rangkuman.

D.  Menyimak Konsentratif
Dalam pembicaraan di atas pun sebenarnya kita telah menyinggung-nyinggung kegiatan menyimak konsentratif. Bentuk lain dari menyimak konsentratif yang menuntut para siswa untuk memperhatikan urutan ide-ide, adalah sebagai berikut ini:
(i) Permainan sederhana yang mengikutsertakan anak-anak mengulangi apa-apa yang telah dikatakan dalam pernyataan-pernyataan kumulatif para siswa terdahulu, contoh:
Mereka pergi ke pasar membeli buah-buahan
Ani      : “Saya membeli jeruk.”
Ana      : “saya membeli jeruk dan pisang.
Ina       : “saya membeli jeruk dan pisang dan mangga.
Ida       : “saya membeli jeruk, pisang, mangga dan durian.
Permainan ini berlangsung terus selama daftar kumulatif lengkap dan dalam susunan yang benar.
(ii) Tugas kedua yang menarik adalah berpantomimkan suatu cerita  (yang terdiri atas tiga atau empat adegan) yang telah disajikan secara lisan.
(iii) Suatu tugas alternatif adalah penceritaan kembali cerita tersebut dalam urutan yang wajar.
(iv) Alternatif  lain adalah membuat gambar-gambar yang sesuai dengan adegan-adegan cerita tersebut.

Erat berhubungan dengan penempatan ide-ide utama serta penentuan urutan-urutannya adalah memperhatikan rencana organisasi sang pembicara. Disini pun para siswa haruslah pertama sekali membaca dan menganalisis beberapa cara mengemukakan suatu pembicara, seperti lelucon untuk menarik perhatian serta membuat para pendengar santai, suatu ucapan komplementer mengenai kota atau organisasi yang mensponsori pembicaraan itu, atau suatu pengalaman pribadi, yang membimbing pendengar ke arah tema pembicaraan. Para siswa akan terbiasa dengan frase-frase tradisional (“berikutnya”, atau “kedua, ataupun “selanjutnya”) yang menyoroti suatu pertukaran atau pergantian ke arah ide penting berikutnya. Mereka juga akan memperhatikan rencana sang pembicara dalam penutupan ceramah atau kuliah tertulisnya itu.

Mengiringi pengalaman penting dalam menganalisis kuliah-kuliah tertulis, maka para siswa hendaknya menganalisis pula cuplikan-cuplikan rekaman singkat atau pidato-pidato tertulis yang dibacakan secara lisan oleh guru.
(1) Mereka akan memperhatikan tipe pendahuluan.
(2) Mereka akan mengamati atau mengawasi kata-kata transisional yang menuju ke arah pokok penting berikutnya.
(3) Mereka akan bersiap siaga terhadap rencana sang pembicara untuk mengulangi pokok-pokok yang telah dibuatnya sebelum mengemukakan pokok berikutnya.
(4) Mereka akan memperhatikan tipe kesimpulan, seperti rangkuman atau cerita ilustratif yang menunjukkan pokok-pokok yang telah dibuat oleh sang pembicara.
(5) Dalam latihan lainnya yang menarik, para siswa yang lebih tua akan menyimak pendahuluan suatu pidato seorang pembicara terkenal dan mencoba meramalkan pokok-pokok yang akan dikemukakannya.

Hal-hal lain yang agak berhubungan dengan pengalaman-pengalaman dalam memperhatikan ide-ide penting dan rencana organisasi sang pembicara adalah aktivitas-aktivitas dalam memperhatikan detail-detail ilustratif. Bilamana para siswa harus menyimak detail-detail, maka pertama sekali mereka harus diberitahukan dan diingatkan akan adanya pokok-pokok dan ide-ide penting yang akan dilukiskan:
(i)  Sebaiknya mereka menyimak, hendaknya  mereka menulis suatu topik atau suatu kalimat untuk menggambarkan setiap detail ilustratif penting.
(ii) Para siswa dapat menyimak detail-detail yang akan membantu mereka untuk membuat suatu bagan yang tepat atau gambar terperinci pada suatu gambar dinding.

Sang guru pun akan menemukan cara yang sebaiknya untuk menyusun pilihan-pilihan atau cuplikan-cuplikan yang menonjolkan detail-detail ilustratif yang tegas dengan membuat kliping-kliping atau membuat rekaman-rekaman pita. Maka saat pentingpun tibalah: para siswa perlu membuat catatan-catatan, misalnya selama mengadakan wawancara, mengikuti kuliah tamu yang diberikan oleh tamu sekolah, tatkala berkaryawisata ke museum, atau pada saat pembukaan industri yang rumit. Pengalaman-pengalaman terdahulu dalam menemukan ide-ide penting dan mengikuti rencana sang pembicara akan membentuk suatu dasar bagi pembuatan catatan-catatan yang berharga yang akan merupakan catatan-catatan penting bagi pembicaraan informal serta merupakan suatu kerangka atau bagan bagi penyajian yang teratur rapi. Membuat catatan dan membuat bagan sementara menyimak memang agak sulit, dan semua siswa terkecuali yang paling mampu dan cakap, haruslah mempunyai tanggung jawab yang amat sederhana.

Apabila saja anak-anak disodori norma-norma untuk menyimak yang baik serta dianjurkan untuk mempergunakannya, maka mereka sebenarnya telah terlibat dalam menyimak kritis yang sangat diperlukan dalam kehidupan modern. Yang penting dalam hal ini ialah bahwa anak-anak dibimbing secara konstan mengembangkan selera yang bermutu dalam memilih acara-acara pada radio-radio dan televisi yang telah begitu umum di rumah mereka. Juga penting, agar mereka menilai pernyataan-pernyataan yang bertentangan dalam iklan-iklan produksi yang bersaingan, dan juga mempertimbangkan secara objektif dan bijaksana pidato-pidato atau kuliah-kuliah yang diberikan oleh para politikus dan pemuka organisasi yang beraneka ragam dalam upaya mereka meyakinkan serta menarik para pendengar menjadi pendukung mereka. Adalah wajar bila sekolah mempergunakan serta memanfaatkan sebagian besar dari kesempatan-kesempatan ini untuk meningkatkan daya simak kritis para siswa.

Salah satu dari pelajaran-pelajaran penting yang harus dipetik oleh anak sekolah yang masih muda itu ialah perbedaan antara fakta dan fantasi, antara kenyataan dan khayalan, selanjutnya dapat membedakan dengan tugas antara fakta dan opini, antara kenyataan dan pendapat. Untuk mencapai maksud tersebut maka para siswa pada tingkatan menengah dan atas dapat mengecek, memeriksa keontetikan pernyataan-pernyataan dalam situasi-situasi berikut ini:
a) Para siswa dapat mengemukakan pendapat-pendapat yang spontan dan kemudian memperoleh fakta-fakta untuk membuktikan pendapat-pendapat lisan mereka itu.
b) Sang guru dapat menggunting atau menemukan pernyataan-pernyataan yang mencampurbaurkan fakta dan opini yang masuk akal dan menyuruh para siswa mula-mula menyimak opini-opini, dan kemudian fakta-fakta yang tidak dapat dibantah lagi.
c) Sang guru dapat menceritakan ataupun membacakan secara lisan pernyataan-pernyataan singkat dengan pemahaman agar para siswa menuliskannya kembali ke dalam  pernyataan-pernyataan yang faktual.
d) Para siswa dapat menyimak kuliah-kuliah dan acara-acara radio dan televisi, serta mencatat contoh-contoh opini yang dinyatakan sebagai fakta-fakta yang nyata. Mereka akan melaporkan temuan ini kepada kelas untuk menentukan apakah pernyataan tersebut benar-benar bersifat opini atau tidak. Anak-anak harus belajar mencari fakta waktu mereka menyimak.
e) Para siswa kelas tertinggi yang paling pintar dan cakap dapat mengecek dari pembicaraan mereka beberapa contoh opini yang telah mereka nyatakan sebagai fakta-fakta.
f) Para siswa tersebut dapat mengumpulkan serta menyusun frase-frase yang dipergunakan oleh para pembicara untuk menyembunyikan hal-hal yang dapat diperdebatkan dalam pernyataan-pernyataan mereka dan membuat semua itu seolah-olah bersifat faktual, misalnya: “para pemimpin mengatakan”; “dari sumber yang layak dipercaya”; “para ahli melaporkan.” Jenis menyimak kritis ini menuntut pikiran-pikiran cerah, yang secara ideal harus dimiliki oleh setiap  siswa.
g) Seorang anggota panel atau penganggah dapat mengutip beberapa pernyataan yang tidak sesuai dengan konteks dan memberikan kesan yang salah kepada para pendengarnya, jika para pendengar tersebut tidak membuat suatu penilaian yang bijaksana dan objektif terhadap fakta-fakta kutipan serupa itu.

Para siswa lainnya mungkin beranggapan bahwa hal-hal serupa itu amat menarik serta membangkitkan minat sebab dalam kegiatan-kegiatan tersebut mereka belajar menyimak bahasa emosif:
(1) Pertama-tama mereka dapat mendaftar serta membandingkan muslihat-muslihat yang masuk akal yang digunakan oleh para pengiklan pada siaran radio dan televisi untuk menarik perhatian, seperti: menciutkan ban, tembak-tembakan senapan, gema ruangan.
(2) Kegiatan yang menarik lainnya adalah analisis mengenai psikologis penjualan yang mendasari iklan-iklan, misalnya: Apakah masuk akal, rinso bisa mencuci sendiri? Apakah logis, begitu minum obat, penyakit langsung sembuh?
(3) Pidato-pidato para politikus dan promotor organisasi dapat pula dianalisis sedemikian rupa bukan saja dari segi tipe tuntutan psikologis tetapi juga dari segi bahasa yang menonjolkan teknik-teknik berbaring dengan kaki terkangkang dan tangan telentang diatas tanah, dan usaha membangkitkan semangat mendukung suatu tuntutan, penggeneralisasian yang cemerlang dan muluk-muluk, dan sebagainya. Apabila pidato-pidato bernada emosif, maka para pendengar harus memberikan perhatian kritis agar dapat menentukan apakah sang pembicara hanya mencoba agar dia menarik perhatian ataukah dia mempergunakan emosi sebagai suatu kamuflase, suatu penyamaran untuk mengelabui para pendengar.
(4) Perbandingan lainya yang menarik yang dapat pula dibuat antara laporan-laporan berita dan komentar-komentar pada radio dan televisi. Sang guru dapat menggunakan pekerjaan rumah atau rekaman-rekaman yang telah dibuat untuk membantunya dalam membimbing (pembuatan) perbandingan tersebut (Dawson [et al], 1963 : 161 – 9; Ehninger [et al], 1978 : 21 – 33).

Komentar